Jangan Mudah Baper Ketika Di Kritik(Menanggapi pernyataan Wagub Maluku)

  • Bagikan

MaliliKoranta.id, Selasa, 11 Maret 2025 – Beberapa waktu lalu wakil Gubernur Maluku H. Abdullah Vanath dalam pernyataan persnya pasca rapat pengendalian Inflasi di Kantor Gubernur Maluku, Beliau (Wakil Gubernur) mengeluarkan statment yang mengatakan “Orang Islam ini punya kebiasaan pada saat puasa Siang tidak makan tapi malamnya Makan banyak, uang tidak ada tapi pada saat lebaran banyak baju barunya keadaan seperti ini bisa menyebabkan inflasi”.

Berbagai macam respon dan tanggapan bermunculan kepada pernyataan persnya itu, dari respon yang Negatif hingga positif, dari yang Pro hingga Yang Kontra, dan ini adalah hal biasa dalam merespon pernyataaan pejabat, namun jika merespon pun tidak dengan argumentasi yang kuat dan masuk akal serta dengan data maka tidak elok juga.

Penulis mencoba untuk memahami dan menanggapi secara detail dan berbasis data perkataan dari Wakil Gubernur Maluku itu, namun sebelum menanggapi penulis mengkonfirmasi bahwa penulis tidak punya hubungan apa apa dengan beliau, entah itu hubungan Politik, keluarga , ataupun penulis di bayar untuk merespon pernyataan itu(Proyek Gelap Alias Menjilat), kami murni analisis dan kerisauan atas kejadian itu yang memicu banyak stek holder, aktivis kemahasiswaan dan beberapa tokoh masyarakat yang merespon itu.

Penulis Sebagai Seorang Muslim yang Tumbuh dan besar di Maluku pun menyadari bahwa penyampaian oleh bapak Wakil Gubernur itu adalah sebagai bentuk kritikan dan sindiran kepada masyarakat muslim di Maluku yang punya kebiasaan itu, dan kami akui memang kebiasaan seperti itu adalah kebiasaan beberapa ummat islam “Siang tidak Makan(berpuasa) tapi malam banyak makan, tidak ada uang tapi pada saat lebaran, baju lebaran banyak semua ini dapat menyebabkan inflasi ”. Dari statmetnya beliau itu penulis menilai bahwa yang beliau kritik adalah “Orang Islamnya”(Pemeluk Agamanya) Khususnya yang ada di Maluku, bukanlah Ajaran Agamanya yang dia kritik atau dia lecehkan, walaupun secara Ajaran Islam, Allah Melarang Hal yang berlebih lebihan seperti di Ayat: “Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf, Ayat: 31).

Juga dalam islam dilarang memaksakan sesuatu yang diluar jangkauan kita
Anas -raḍiyallāhu’anhu- meriwayatkan:
Kami sedang bersama Umar, lantas dia berkata, “Kami dilarang memaksakan diri.”  [Sahih] – [HR. Bukhari] – [Sahih Bukhari – 7293]

Pertanyaannya apakah semua perilaku orang islam menggambarkan Ajaran Islam? Tentu saja tidak, Sebagai Analogi, Penulis sering menyampaikan bahwa Hal yang membuat orang Islam itu Mundur adalah ketika orang Islam selalu sibuk dengan urusan politik praktis, membawa agama sebagai alat politik untuk mencapai Nafsu dan Birahi kekuasaan tapi meninggalkan Ilmu Pengetahuan, pertanyannya apakah penulis melecehkan Islam?. Tentu saja tidak, itu bentuk kepedulian dan kritik penulis kepada beberapa ummat islam yang punya kebiasaan seperti itu, dan itu fakta. (Seperti yang ditulis oleh Kasmuri dalam tulisannya di laman Website Majelis Tabligh PWM Jateng. 14 Januari 2025) juga pada tulisannya (tirta.com mengutip perkataan Ibnu Khaldun).

Jika Statment oleh Wakil Gubernur yang tadi dinilai sebagai sebuah penistaan Agama, maka ini adalah sebuah kecacatan berfikir atau disebut oleh Muhammad Nuruddin sebagai “Logikal Falacy”.

Mengenai inflasi yang beliau katakan, penulis menilai beliau berbicara berdasarkan data, karena dalam konferensi pers itu di Kantor Gubernur Maluku, beliau dan tim baru saja rapat mengenai inflasi di Maluku. Penulis pun mengatakan bahwa hal itu benar menyebabkan inflasi, Hal ini dikarenakan pada saat menjelang Lebaran, permintaan akan baju baru meningkat tajam, sehingga penjual baju meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan tersebut.

Jika produksi tidak seimbang dengan permintaan, maka harga baju baru tersebut akan naik karena penjual akan menaikkan harga untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. (retizen.com,2023). Juga Harga barang kebutuhan pokok yang melonjak, daya beli masyarakat yang meningkat tajam dalam waktu singkat, hingga praktik spekulatif para pedagang adalah beberapa faktor yang mendorong inflasi menjelang hari raya.

Meski siklus ini terjadi berulang kali, dampaknya terhadap perekonomian sering kali diabaikan oleh masyarakat awam. Padahal, memahami keterkaitan antara konsumsi berlebihan sebelum hari raya dan inflasi sangat penting agar kita dapat mengambil langkah bijak dalam mengelola keuangan serta mencegah dampak ekonomi yang lebih luas.(Kompasiana.2025).

Itulah fakta yang harus kita terima sebagai orang Islam bahwa yang disampaikan oleh bapak Wakil Gubernur adalah benar adanya dan landasan datanya pun ada,  hal ini seharusnya menjadi bahan intropeksi diri dan muhasabah agar kita semua sebagai orang Islam bisa menerima kritikan dan saran entah itu dari teman, orang yang berbeda agama apatah lagi pejabat publik yang mengkritik kita.

Hal ini juga menjadi intropeksi sosial dan teologi bagi kita agar mengurangi bahkan menghindari sifat berlebih lebihan.

Penulis : Muhammad Iswan Kotta (Muslim Maluku).(Red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *